RETORIKA RUMAH SINGGAH

"..aku seperti terkurung dalam tembok labirin dengan deretan pintu-pintu berbagai warna yang bergaung memanggilku. suara-suara samar itu kusut menyatu dan berhamburan menghuni ruang pikirku seperti rayuan pelacur-pelacur telanjang yang melenggok tawarkan harga kenikmatan. raksasa gairahku merintih tragis di payung emosi dan ketidaktahuan, memaksaku merangkum sebuah kata tanya: pintu mana yang harus kupilih? sementara di otakku sesosok malaikat memainkan harpa antara raungan distorsi sembilan ratus sembilan puluh sembilan setan yang bisikan nyanyian tentang surga. aku tak mau tertipu, karena kebenaran tetaplah satu pilihan.."